BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika
kita berfikir mengapa kita harus ber-Tuhan, dan menghayati apa yang menjadi
kegundahan hati, maka tentulah fikiran jenuh dan tidak nyambung dengan akan
adanya Tuhan. Oleh karena itu, kategori-kategori di katakan Tuhan itu haruslah
jelas dan bukan hanya sekedar bersifat doktrinal yang tidak bisa di pertanggung
jawabkan secara akal.Dan kalau jadinya seperti itu maka bisa di katakan Tuhan
hanyalah mitos belaka. Oleh karena itu gunakanlah akal kita untuk mencari dan memahami
Tuhan.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Siapakah Tuhan itu?
1.2.2
Bagaimana sejarah pemikiran
manusia tentang Tuhan?
1.2.3
Apa definisi Tuhan menurut agama
lain?
1.2.4
Bagaimana pembuktian wujud Tuhan?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui adanya Tuhan.
1.3.2
Untuk mengetahui berbagai macam
pendapat manusia tentang Tuhan.
1.3.3
Untuk mengetahui arti Tuhan bagi
agama lain selain Islam.
1.3.4
Untuk mengetahui bukti – bukti
adanya Tuhan.
1.3.5
Untuk mengetahui cara meyakini
Tuhan dari beberapa agama yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tuhan
Kata
Allah untuk umat islam sudah jelas adalah nama yang berdiri sendiri (proper
name), pencipta jagat raya dan seluruh makhluk. Terlepas dari dasar
filologi (ilmu bahasa-bahasa serumpun) yang dimiliki, karena Al-Qur’an telah
menyebutkan dengan jelas dan menyeru manusia untuk menyembah pencipta makhluk
yaitu Allah SWT.
‘’katakanlah:’’
Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
(Al-Ikhlas, 1-2)
Dari
sini kita mengetahui bahwa tuhan itu tunggal dan tidak ada yang menyamai, lain
dari yang lain dan semuanya bergantung pada-Nya, ayat di atas menjelaskan bahwa
keabsolutan Tuhan itu memang kebenaran yang mutlak dan tidak terbantahkan. Dan
sebagai konsekuensinya kita harus melakukan apa yang di perintahkan dan apa
yang dilarangnya.
“katakanlah:’’serulah
Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru. Dia
mempunyai al-asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)… ‘’(Al-Isra’: )
Terlepas
dari penafsiaran huruf ”Allah” yang merupakan pemadatan dari kata
Al dan Illah (musytaq), umat islam dengan sangat pasti mengenal kata Allah yang
terdiri dari huruf Alif Lam Lam Ha dari Al-Qur’an, kata Allah tersebut terdapat
banyak didalam Al-qur’an, sehingga sudah pasti seluruh umat islam bisa mengenal
kata Allah sebagai Tuhannya.
Sementara itu
pertanyaan besar bagi muslim lainnya akan muncul, “apakah Tuhan yang meraka
(non muslim) sebut, sama dengan Tuhan yang kita (muslim ) akui?” Kenapa
bertanya seperti itu? Karena namanya sama yaitu Allah !!
Ketika kaum non
muslim merasa benar tentang penggunaan nama Tuhan dengan sebutan ALLAH maka
syari’at dan dalam mengenal Tuhan serta ibadah padaNya harus sesuai dengan apa
yang di perintahkan oleh Allah SWT. Adalah merupakan tugas Muhammad SAW bukan
mengenalkan keberadaan Allah SWT, sebab mereka sudah kenal Allah. Tugas beliau
juga bukan untuk menerangkan bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang menciptakan
langit dan bumi, sebab mereka sudah tahu. Tugas beliau adalah memastikan bahwa
ketika mereka hanya menyembah Allah SWT saja yang Esa, tanpa adanya tuhan-tuhan
lain serta konsep Tuhan lainnya yang disembah bersama-Nya. Sehingga motto
dakwah beliau adalah: LAA ILAAHA ILLALLAH, yaitu tidak ada tuhan yang patut
disembah dengan haq kecuali hanya Allah SWT.
Di pertegas bahwa
orang arab telah kenal Allah sebelum Muhammad datang, dalam Al-qur’an.
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka ‘’siapakah yang
menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?’’ tentu mereka
akan menjawab ‘’Allah”. Maka betapakah mereka (dapat) di palingkan (dari jalan
yang benar)’’. (QS Al-Ankabut: 61).
Islam lebih jelas
dalam menerangkan antara sebutan Tuhan dengan konsep ketuhanan dan bentuk
ibadahnya. Maka dari itu sesungguhnya Tuhan umat di dunia ini adalah Allah swt
yang mengajarkan cara menyebut dan melakukan tata cara menyembahnya. Agama
islam juga mewajibkan penghancuran semua berhala baik yang nyata maupun yang
tersembunyi oleh konsep teologi dan filosofi, juga menafikan semua
undang-undang, system, agama, ideologi, dan peraturan yang bersumber dari selain
Allah. Seseorang tidak di katakan muslim sebelum dia mengakui tidak ada tuhan
selain Allah dan tidak ada hukum selain hukum yang Allah turunkan (Al-Qur’an).
2.2 Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan
2.2.1
Pemikiran barat atau manusia primitive
Proses perkembangan pemikiran manusia tentang tuhan/ilah menurut teori evalusionisme adalah sebagai berikut :
a. Dinamisme
Paham ini mengaku adanya kekuatan (maging power) yang berpengaruh dalam kehidupan manusia,kekuatan ini terbentuk dalam kepercayaan hati yang ditujukan pada benda-benda yang dianggap keramat.
b. Animisme
Mempercayai adanya peranan roh dalam kehidupan manusia, roh dianggap selalu aktif walaupun sudah mati. Paham ini membagi roh atas dua yaitu roh baik dan roh jahat (nakal).
c. Politeisme
Paham ini mempercayai dan menganggap banyak dewa sebagai tuhan,sehingga dewa tersebut dipuja dan disembah oleh manusia.
d. Henotisme
Dari banyak dewa, manusia (orang yang meyakini) menyeleksi satu dewa yang dianggap mempunyai kekuatan lebiah, kemudian mereka anggap sebagai tuhan.
e. Monoteisme
Paham ini menyatakan satu tuhan untuk seluruh rakyat.
Proses perkembangan pemikiran manusia tentang tuhan/ilah menurut teori evalusionisme adalah sebagai berikut :
a. Dinamisme
Paham ini mengaku adanya kekuatan (maging power) yang berpengaruh dalam kehidupan manusia,kekuatan ini terbentuk dalam kepercayaan hati yang ditujukan pada benda-benda yang dianggap keramat.
b. Animisme
Mempercayai adanya peranan roh dalam kehidupan manusia, roh dianggap selalu aktif walaupun sudah mati. Paham ini membagi roh atas dua yaitu roh baik dan roh jahat (nakal).
c. Politeisme
Paham ini mempercayai dan menganggap banyak dewa sebagai tuhan,sehingga dewa tersebut dipuja dan disembah oleh manusia.
d. Henotisme
Dari banyak dewa, manusia (orang yang meyakini) menyeleksi satu dewa yang dianggap mempunyai kekuatan lebiah, kemudian mereka anggap sebagai tuhan.
e. Monoteisme
Paham ini menyatakan satu tuhan untuk seluruh rakyat.
2.2.2
Pemikiran Umat Islam
Islam mengawali pengenalan tentang tuhan bersumber pada tauhid,secara garis besar dalam islam ada 3 aliran :
a. mu’tazilah
kaum rasionalisme yang menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam islam, paham ini menghasilkan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan.
b. Qadariah
Paham ini berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dalam berkehendak dan berusaha.
Islam mengawali pengenalan tentang tuhan bersumber pada tauhid,secara garis besar dalam islam ada 3 aliran :
a. mu’tazilah
kaum rasionalisme yang menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam islam, paham ini menghasilkan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan.
b. Qadariah
Paham ini berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dalam berkehendak dan berusaha.
c.
Jabariah
Paham ini berteori bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan untuk berkehendak dan berbuat, tuhan ikut didalamnya bila manusia berbuat.
Paham ini berteori bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan untuk berkehendak dan berbuat, tuhan ikut didalamnya bila manusia berbuat.
2.3
Tuhan Menurut Agama Lain
2.3.1
Kristen :
Tritunggal Mahasuci, yang artinya adalah Bapa,
Putra, dan Roh Kudus, terutama dipakai dalam Gereja Katolik dan Gereja
Ortodoks. Konsep ini dipakai sejak Konsili Nicea pada tahun 325 M. Kata
“Tritunggal” sendiri tidak ada di Alkitab. Di dalam Ulangan 6:4 ditulis Tuhan
itu Esa. Keesaan ini pada bahasa aslinya (ekhad) adalah “kesatuan dari
berbagai satuan”. Dalam Perjanjian Lama, Allah diperkenalkan sebagai Allah
Bapa. Dalam Perjanjian Baru, Allah menjelma sebagai manusia dalam wujud Allah
Anak (Allah Putra), dan setelah Allah Putra kembali ke sorga, maka datanglah
Allah Roh Kudus yang menyertai orang-orang Kristen. Allah Anak bukan
diperanakkan dalam pengertian manusia, karena Anak keluar dari Bapa yang diwujudkan
sebagai Firman (Allah).
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa
adalah makhluk suci, makhluk supernatural, penghuni surga, setara dengan malaikat,
dan merupakan manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Kata “dewa” berasal dari kata “div” yang
berarti “bersinar”. Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan
adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi
dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Di antara Dewa-Dewi dalam agama Hindu,
yang paling terkenal sebagai suatu konsep adalah: Brahmā,
Wisnu,
Çiwa.
Mereka disebut Trimurti.
Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas
tanpa kehendak Tuhan.
Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para
Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak
Tuhan. Filsafat Advaita
(yang berarti: “tidak ada duanya”) menyatakan bahwa tidak ada yang setara
dengan Tuhan
dan para Dewa hanyalah perantara antara beliau dengan umatnya.
2.3.3
Budhisme
:
Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda
dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam
semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah
kembali ke surga
ciptaan Tuhan yang kekal.
“Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang
Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak.
Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak
Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita
dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab
yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak
Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas
dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.”
|
Ungkapan di
atas adalah pernyataan dari Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana
VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha.
Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatang Abhutang
Akatang Asamkhatang yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak
Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat
dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun.
Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka
manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari
lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Dengan membaca
konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan
dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh
agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di
sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan
menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga
banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha
adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Bila kita
mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci
Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep
Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula.
Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain
antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta,
terbentuknya Bumi dan manusia,
kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah
mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana satu
makhluk tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal
lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak
ada pengaruhnya. Tidak ada dewa - dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha
sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu,
dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan
rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.
2.4 Pembuktian Wujud Tuhan
Sebenarnya masalah tentang keberadaan Allah SWT sudahlah nyata, bahkan suatu
hakikat yang tidak perlu diragukan lagi persoalannya. Tidak ada jalan untuk mengingkarinya.
Persoalan tentang keberadaan Allah SWT adalah terang benderang bagaikan cahaya
fajar diwaktu pagi yang cerah.
Semua yang ada dilingkungan alam
semesta ini pun dapat digunakan sebagai bukti tentang adanya Tuhan (Allah SWT),
bahkan benda-benda yang terdapat disekitar alam semesta dan unsur-unsurnya
dapat pula mengokohkan atau membuktikan bahwa benda-benda itu pasti ada
pencipta dan pengaturnya.
2.4.1
Alam Semesta Adalah Pengokohan Wujud Maha Pencipta
Periksalah alam cakrawala yang ada diatas
kita, yang didalamnya itu terdapat matahari, bulan, bintang, dan sebagainya.
Demikian pula alam yang berbentuk bumi ini dengan segala sesuatu yang ada di
dalamnya baik yang berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda padat,
juga perihal adanya hubungan yang erat dengan perimbangan yang pelik yang
merapikan susunan diantara alam-alam yang beraneka ragam itu serta yang
menguatkan keadaannya masing-masing itu, semuanya tidak lain kecuali merupakan
tanda dan bukti perihal wujudnya Allah. Selain menunjukkan adanya Dzat itu juga
membuktikan keesaanNya dan hanya Dia sajalah yang Maha Kuasa untuk
menciptakannya.
Kiranya tidak terlukis sama sekali dalam akal fikiran
siapapun bahwa benda-benda tersebut terjadi tanpa ada yang mengadakan atau
menjadikan, sebagaimana juga halnya tidak mungkin terlukiskan bahwa sesuatu
buatan itu tidak ada yang membuatnya. Oleh sebab itu, manakala sudah tetap
bahwa penciptaan alam semesta ini memang karena adanya kesengajaan, maka tetap
pula lah perihal adanya Tuhan (Allah) sebagai Dzat Maha Pengatur yang
bijaksana, Maha Mulia dan Tinggi yakni dari jalan yang sama-sama dapat
dirasakan.
Dengan demikian tidak ada jalan lain untuk membantah
atau mengingkarinya dan ini tepat sekali dengan apa yang difirmankan oleh Allah
SWT:
“Apakah dalam Dzat Allah masih ada keragu-raguan,
yaitu Tuhan Maha Pencipta langit dan bumi?” (S. Ibrahim:10).
Allah Ta’ala telah berfirman dalam kitab-Nya yg Agung:
“Sesungguhnya Rabb kalian semua adalah Allah yg
telah menciptakan langit & bumi dalam masa enam hari, kemudian Dia
bersemayam diatas Arsy. Dia menutupkan malam pd siang yg mengikutinya dgn
cepat, & diciptakannya pula matahari, bulan & bintang-bintang
(masing-masing) tunduk pd perintah-Nya, Ingatlah menciptakan & memerintah
itu hanyalah hak Allah, Maha suci Allah Rabb semesta alam .” (Al Qur’an
Surat: Al A`raaf:;54)
2.4.2
Fitrah Sebagai
Bukti Adanya Allah
Alam semesta atau jagad raya dengan segala sesuatu
yang ada didalamnya yang nampak sangat teratur kokoh, indah, sempurna, rapi dan
seluruhnya sebagai ciptaan baru, bukannya itu saja yang dapat digunakan sebagai
saksi tentang adanya Tuhan (Allah) yang maha mendirikan langit dan bumi ini,
tetapi masih ada saksi lain lagi yang dapat digunakan untuk itu dan bahkan
dapat lebih meresapkan. Saksi yang lainnya itu adalah berupa perasaan-perasaan
yang tertanam dalam jiwa setiap insan yang merasakan akan adanya Allah SWT.
Perasaan ini adalah sebagai pembawaan sejak manusia itu dilahirkan dan oleh
sebab itu dapat disebut sebagai perasaan fitrah. Fitrah adalah keaselian yang
diatasnya itulah Allah menciptakan makhluk manusia itu. Ini dapat pula
diibaratkan dengan kata lain sebagai gharizah diniah atau pembawaan keagamaan.
Ghazirah dianiah adalah satu-satunya hal yang
merupakan batas pemisah antara makhluk Tuhan yang disebut manusia dan yang
disebut binatang, sebeb binatang pasti tidak memikirkannya. Ghazirah keagamaan
ini adakalanya tertutup atau hilang, sebagian atau seluruhnya, dengan adanya
sebab yang mendatang, sehingga manusia yang sedang dihinggapi penyakit ini lalu
tidak mengerti sama sekali tentang kewajiban dirinya terhadap Tuhan. Ia tidak
terjaga dari kenyenyakan tidurnya dan tidak dapat dibangunkan dari kelalaiannya
itu, kecuali apabila ada penggerak yang menyebabkan ia jaga dan bangun. Setelah
kebangunannya ini barulah ia akan meneliti penyakit apa yang sedang dideritanya
itu atau bahaya apa yang sedang meliputi tubuhnya dan mengancam keselamatannya.
Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirnan :
“Dan jikalau manusia itu ditimpa bahaya, maka ia pun
berdoalah kepada Kami (Allah) diwaktu berbaring, diwaktu duduk atau berdiri.
Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, iapun berjalanlah
seolah-olah tidak pernah berdoa kepada Kami atas bahaya yang telah
menghinggapinya itu”. (S. Yunus.12).
2.4.3
Bukti
Kejadian Dan Pengalaman
Setiap manusia tentu pernah berdoa kepada Tuhannya,
kemudian dikabulkanlah apa yang menjadi permintaannya. Pernah pula memanggilNya
dan iapun dijawab apa yang diinginkan serta dikehendakinya. Ia pernah pula
memintaNya dan apa yang diminta itupun diberikan. Tidak sedikit orang yang
sakit dan memohon kesembuhan kepadaNya disamping berusaha dengan berobat yang
dilakukan dan kemudian ia berhasil sembuh.
Pengalaman-pengalaman manusia dalam kehidupannya di
dunia ini sebenarnya sudah membimbing dirinya sendiri untuk dapat sampai kepada
penemuan akan Allah SWT secara kesadaran dan bukan karena adanya paksaan, sebab
pengalaman-pengalaman itu memang dapat membuka segala macam hakikat yang ia
sendiri pasti tidak merasakan dengan panca inderanya.
“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia
berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta
keluarganya dari bencana yang besar.” (Al Anbiya: 76)
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada
Robbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu.” (Al Anfaal: 9)
Anas bin Malik Ra berkata, “Pernah ada seorang badui datang pada hari Jum’at. Pada waktu itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah berkhotbah. Lelaki itu berkata’ “Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengatasi kesulitan kami.” Rasulullah lalu mengangkat kedua tanganya dan berdoa. Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada Jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan berkata, “Hai Rasul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.” Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya, seraya berdoa: “Ya Robbku, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami.” Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan).” (HR. Al Bukhari)
Anas bin Malik Ra berkata, “Pernah ada seorang badui datang pada hari Jum’at. Pada waktu itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah berkhotbah. Lelaki itu berkata’ “Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengatasi kesulitan kami.” Rasulullah lalu mengangkat kedua tanganya dan berdoa. Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada Jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan berkata, “Hai Rasul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.” Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya, seraya berdoa: “Ya Robbku, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami.” Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan).” (HR. Al Bukhari)
2.4.4
Bukti-Bukti Dari Naqal
(Keterangan Agama)
Diantara bukti-buktinya yang dapat kita saksikan
tentang wujudnya Allah ialah bahwa para nabi dan rasul yang terpilih dari
sekian banyak hamba-hambaNya, mereka itu semua adalah manusia yang amat pilihan
sekali,seluruhnya itu sejak zaman nabiullah Adam a.s sampai ke zaman Rasulullah
SAW mempunyai satu garis penyiaran yang benar-benar sama dan sejalan, yaitu
memberitahukan dengan pasti kepada seluruh umat manusia bahwa alam semesta ini
ada Tuhan (Allah) yang Maha Bijaksana. Oleh segenap nabi dan rasul itu
hanya satu itulah pokok penyiaran yang disampaikannya yang merupakan hal yang
penting sekali.
Allah SWT memberikan pengokohan kepada para nabi dan
rasulNya itu untuk mengalahkan segenap musuh dan lawannya, kemudian menjadikan
kalimat Tuhan sebagai mercusuar yang tertinggi dan kekufuran dibenamkan sampai
kebawah sekali.
Sabda Nabi dan Rasul adalah benar dalam ucapannya
terhadap Allah SWT, berikhlas hati untukNya, penganjur untuk mengajak menuju
jalanNya yang benar, membela keagungan agamaNya dan memperoleh pengokohan yang
berupa kemukjizatan dari padaNya.
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu
dengan tongkatmu.: Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah
seperti gunung yang besar.” (Asy Syu’araa: 63)
Selanjutnya mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan
orang-orang yang sudah mati; lalu mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah.
Allah swt berfirman:
“…dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin
Allah.” (Ali Imran: 49)
2.4.5
Dalil Naqli
Sekalipun secara fitrah manusia bisa mengakui adanya
Allah, dan dengan akal pikiran bisa membuktikannya, namun manusia tetap
memerlukan dalil naqli (al-Quran dan Sunnah) untuk membimbing manusia untuk
mengenal Tuhan yang sebenarnya (Allah) dengan segala asma dan sifatNya. Sebab
fithrah dan akal tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya itu
(Allah).
a.
Allah SWT adalah Al-awwal
artinya tidak ada permulaan bagi wujudNya. Dia juga Al-Akhir akhirnya
tidak ada akhir dari wujudNya.
“Dialah yng awal dan yang akhir, yang zhahir dan yang
bathin, dan Dia Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Hadid
57:3).
b.
Tidak ada satu pun yang
menyerupaiNya.
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia
lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (As-Syura
42:11).
c.
Allah SWT Maha Esa
“Katakanlah : ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa…” (Al-Ikhlas
112:1).
d.
Allah SWT memiliki Al-Asma’ was
Shiffaat (nama-nama dan sifat-sifat) yang disebutkanNya untuk diriNya di
dalam Al-Quran serta semua nama dan sifat yang dituturkan untukNya oleh
Rasulullah SAW dalam sunnahnya, seperti Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim, Al’Aliim,
Al-Aziz, As-Sami, Al-Bashiir dan lain-lain.
Firman Allah :
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah
kepadaNya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan
mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka perbuat.” (Al-A’raf
7:18).
2.4.6
Pengokoh
Ketuhanan
Bukti-bukti adanya Tuhan diantaranya lagi adalah bahwa
umat yang beriman kepada Tuhan (Allah) dengan keimanan yang sebenar-benarnya,
mereka itulah ummat yang tertinggi dari yang lainnya perihal ilmu pengetahuan
dan lebih banyak pula peradaban dan tata kesopanannya.Selain itu juga pasti
lebih suci jiwanya, lebih bersih hatinya, lebih banyak pengorbanannya dan lebih
suka mengalahkan diri sendiri dan paling banyak memberikan kemanfaatan kepada
sesama manusia.
Kaum mukmin sengaja diberi oleh Allah SWT suatu
pertolongan yang berupa kekuatan yang dapat digunakan untuk membetulkan peri
kemanusiaannya, agar dengan demikian dapatlah dicapai setinggi-tinggi
kesempurnaan hidup yang dapat diperoleh manusia sebagai makhluk Allah. Jadi,
adanya perubahan dalam jiwa kaum mukmin, sifat-sifat, akhlak atau budi pekerti
serta kecondongan-kecondongan itu adalah merupakan bukti yang
seterang-terangnya tentang adanya kekuatan rohaniah yang amat rahasia dan
tersembunyi yang bekerja secara diam-diam dibalik tubuh yang kasar ini.
Kesan-kesan demikian ini nampak jelas dalam apa yang ditempuh oleh kaum mukmin
dalam perjalanan hidupnya dan dengan ikatan-ikatan yang penuh rahasia itu pula
akan dicapainya kedudukan yang setinggi-tingginya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil makalah dapat
disimpulkan bahwa tuhan itu Allah yang Maha Esa. Tuhan hanya satu,tidak beranak
dan tidak pula diperanakkan .dalam setiap agama memiliki aturan-aturan dan
penyebutan dama tersendiri.
Sebenarnya masalah tentang
keberadaan Allah SWT sudahlah nyata, bahkan suatu hakikat yang tidak perlu diragukan
lagi persoalannya. Tidak ada jalan untuk mengingkarinya. Persoalan tentang
keberadaan Allah SWT adalah terang benderang bagaikan cahaya fajar diwaktu pagi
yang cerah.
Semua yang ada dilingkungan alam
semesta ini pun dapat digunakan sebagai bukti tentang adanya Tuhan (Allah SWT),
bahkan benda-benda yang terdapat disekitar alam semesta dan unsur-unsurnya
dapat pula mengokohkan atau membuktikan bahwa benda-benda itu pasti ada
pencipta dan pengaturnya.
3.2Saran
3.2.1
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap tuhan yang maha esa.
3.2.2
Kita harus meningatkan iman kepada
Allah .
3.2.3 Kita harus saling menghormati kebebasan
dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing kepada orang lain
3.3
CONTOH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
3.3.1 Suatu
negara itu dipimpin oleh satu kepala negara saja. Sama seperti Allah yang
memimpin kita dan alam ini juga hanya satutidak ada yang lainnya
3.3.2 Di STKIP PGRI JOMBANG ada beberapa mahasiswa
yang memeluk agama berbeda .setiap mahasiswa memiliki sikap saling menghargai
dalam perbedaan agama tersebut .
3.3.3
sekarang itu banyak organisasi yang mengutamakan islam . seperti organisasi
UKKI ,dengan mengikuti organisasi tersebut kita bisa mempertebal iman kita
kepada Allah.
CATATAN KAKI
DAFTAR PUSTAKA
muhammad,Asy-Syaikh,2010.Tijan
Addarari(ilmu tauhid),Surabaya;mutiara ilma
Al
fudloli,asy-shekh muhammad2001. Ilmu tauhid,Surabaya; al hidayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar