Senin, 23 Mei 2016

makalah pendidkan agama islam konsep ketuhanan dalam islam



BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Ketika kita berfikir mengapa kita harus ber-Tuhan, dan menghayati apa yang menjadi kegundahan hati, maka tentulah fikiran jenuh dan tidak nyambung dengan akan adanya Tuhan. Oleh karena itu, kategori-kategori di katakan Tuhan itu haruslah jelas dan bukan hanya sekedar bersifat doktrinal yang tidak bisa di pertanggung jawabkan secara akal.Dan kalau jadinya seperti itu maka bisa di katakan Tuhan hanyalah mitos belaka. Oleh karena itu gunakanlah akal kita untuk mencari dan memahami Tuhan.

1.2              Rumusan Masalah
1.2.1        Siapakah Tuhan itu?
1.2.2        Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan?
1.2.3        Apa definisi Tuhan menurut agama lain?
1.2.4        Bagaimana pembuktian wujud Tuhan?

1.3              Tujuan
1.3.1        Untuk mengetahui adanya Tuhan.
1.3.2        Untuk mengetahui berbagai macam pendapat manusia tentang Tuhan.
1.3.3        Untuk mengetahui arti Tuhan bagi agama lain selain Islam.
1.3.4        Untuk mengetahui bukti – bukti adanya Tuhan.
1.3.5        Untuk mengetahui cara meyakini Tuhan dari beberapa agama yang ada di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Tuhan
Kata Allah untuk umat islam sudah jelas adalah nama yang berdiri sendiri (proper name), pencipta jagat raya dan seluruh makhluk. Terlepas dari dasar filologi (ilmu bahasa-bahasa serumpun) yang dimiliki, karena Al-Qur’an telah menyebutkan dengan jelas dan menyeru manusia untuk menyembah pencipta makhluk yaitu Allah SWT.

‘’katakanlah:’’ Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (Al-Ikhlas, 1-2)
Dari sini kita mengetahui bahwa tuhan itu tunggal dan tidak ada yang menyamai, lain dari yang lain dan semuanya bergantung pada-Nya, ayat di atas menjelaskan bahwa keabsolutan Tuhan itu memang kebenaran yang mutlak dan tidak terbantahkan. Dan sebagai konsekuensinya kita harus melakukan apa yang di perintahkan dan apa yang dilarangnya.
katakanlah:’’serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru. Dia mempunyai al-asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)… ‘’(Al-Isra’: )
Terlepas dari penafsiaran huruf ”Allah” yang merupakan pemadatan dari kata Al dan Illah (musytaq), umat islam dengan sangat pasti mengenal kata Allah yang terdiri dari huruf Alif Lam Lam Ha dari Al-Qur’an, kata Allah tersebut terdapat banyak didalam Al-qur’an, sehingga sudah pasti seluruh umat islam bisa mengenal kata Allah sebagai Tuhannya.
Sementara itu pertanyaan besar bagi muslim lainnya akan muncul, “apakah Tuhan yang meraka (non muslim) sebut, sama dengan Tuhan yang kita (muslim ) akui?” Kenapa bertanya seperti itu? Karena namanya sama yaitu Allah !!
Ketika kaum non muslim merasa benar tentang penggunaan nama Tuhan dengan sebutan ALLAH maka syari’at dan dalam mengenal Tuhan serta ibadah padaNya harus sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh Allah SWT. Adalah merupakan tugas Muhammad SAW bukan mengenalkan keberadaan Allah SWT, sebab mereka sudah kenal Allah. Tugas beliau juga bukan untuk menerangkan bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, sebab mereka sudah tahu. Tugas beliau adalah memastikan bahwa ketika mereka hanya menyembah Allah SWT saja yang Esa, tanpa adanya tuhan-tuhan lain serta konsep Tuhan lainnya yang disembah bersama-Nya. Sehingga motto dakwah beliau adalah: LAA ILAAHA ILLALLAH, yaitu tidak ada tuhan yang patut disembah dengan haq kecuali hanya Allah SWT.
Di pertegas bahwa orang arab telah kenal Allah sebelum Muhammad datang, dalam Al-qur’an.
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka ‘’siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?’’ tentu mereka akan menjawab ‘’Allah”. Maka betapakah mereka (dapat) di palingkan (dari jalan yang benar)’’. (QS Al-Ankabut: 61).
Islam lebih jelas dalam menerangkan antara sebutan Tuhan dengan konsep ketuhanan dan bentuk ibadahnya. Maka dari itu sesungguhnya Tuhan umat di dunia ini adalah Allah swt yang mengajarkan cara menyebut dan melakukan tata cara menyembahnya. Agama islam juga mewajibkan penghancuran semua berhala baik yang nyata maupun yang tersembunyi oleh konsep teologi dan filosofi, juga menafikan semua undang-undang, system, agama, ideologi, dan peraturan yang bersumber dari selain Allah. Seseorang tidak di katakan muslim sebelum dia mengakui tidak ada tuhan selain Allah dan tidak ada hukum selain hukum yang Allah turunkan (Al-Qur’an).




2.2   Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan
2.2.1             Pemikiran barat atau manusia primitive
Proses perkembangan pemikiran manusia tentang tuhan/ilah menurut teori evalusionisme adalah sebagai berikut :
a. Dinamisme
Paham ini mengaku adanya kekuatan (maging power) yang berpengaruh dalam kehidupan manusia,kekuatan ini terbentuk dalam kepercayaan hati yang ditujukan pada benda-benda yang dianggap keramat.
b. Animisme
Mempercayai adanya peranan roh dalam kehidupan manusia, roh dianggap selalu aktif walaupun sudah mati. Paham ini membagi roh atas dua yaitu roh baik dan roh jahat (nakal).
c. Politeisme
Paham ini mempercayai dan menganggap banyak dewa sebagai tuhan,sehingga dewa tersebut dipuja dan disembah oleh manusia.
d. Henotisme
Dari banyak dewa, manusia (orang yang meyakini) menyeleksi satu dewa yang dianggap mempunyai kekuatan lebiah, kemudian mereka anggap sebagai tuhan.
e. Monoteisme
Paham ini menyatakan satu tuhan untuk seluruh rakyat.

2.2.2             Pemikiran Umat Islam
Islam mengawali pengenalan tentang tuhan bersumber pada tauhid,secara garis besar dalam islam ada 3 aliran :
a. mu’tazilah
kaum rasionalisme yang menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam islam, paham ini menghasilkan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan.
b. Qadariah
Paham ini berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dalam berkehendak dan berusaha.
c. Jabariah
Paham ini berteori bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan untuk berkehendak dan berbuat, tuhan ikut didalamnya bila manusia berbuat.

2.3   Tuhan Menurut Agama Lain
2.3.1                  Kristen :
Tritunggal Mahasuci, yang artinya adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, terutama dipakai dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks. Konsep ini dipakai sejak Konsili Nicea pada tahun 325 M. Kata “Tritunggal” sendiri tidak ada di Alkitab. Di dalam Ulangan 6:4 ditulis Tuhan itu Esa. Keesaan ini pada bahasa aslinya (ekhad) adalah “kesatuan dari berbagai satuan”. Dalam Perjanjian Lama, Allah diperkenalkan sebagai Allah Bapa. Dalam Perjanjian Baru, Allah menjelma sebagai manusia dalam wujud Allah Anak (Allah Putra), dan setelah Allah Putra kembali ke sorga, maka datanglah Allah Roh Kudus yang menyertai orang-orang Kristen. Allah Anak bukan diperanakkan dalam pengertian manusia, karena Anak keluar dari Bapa yang diwujudkan sebagai Firman (Allah).
2.3.2                  Hinduisme :
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa adalah makhluk suci, makhluk supernatural, penghuni surga, setara dengan malaikat, dan merupakan manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Kata “dewa” berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Di antara Dewa-Dewi dalam agama Hindu, yang paling terkenal sebagai suatu konsep adalah: Brahmā, Wisnu, Çiwa. Mereka disebut Trimurti.
Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan. Filsafat Advaita (yang berarti: “tidak ada duanya”) menyatakan bahwa tidak ada yang setara dengan Tuhan dan para Dewa hanyalah perantara antara beliau dengan umatnya.
2.3.3                  Budhisme :
Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan Tuhan yang kekal.

“Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.”

Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana satu makhluk tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa - dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.

2.4  Pembuktian Wujud Tuhan
            Sebenarnya masalah tentang keberadaan Allah SWT sudahlah nyata, bahkan suatu hakikat yang tidak perlu diragukan lagi persoalannya. Tidak ada jalan untuk mengingkarinya. Persoalan tentang keberadaan Allah SWT adalah terang benderang bagaikan cahaya fajar diwaktu pagi yang cerah.
Semua yang ada dilingkungan alam semesta ini pun dapat digunakan sebagai bukti tentang adanya Tuhan (Allah SWT), bahkan benda-benda yang terdapat disekitar alam semesta dan unsur-unsurnya dapat pula mengokohkan atau membuktikan bahwa benda-benda itu pasti ada pencipta dan pengaturnya.
2.4.1       Alam Semesta Adalah Pengokohan Wujud Maha Pencipta
    Periksalah alam cakrawala yang ada diatas kita, yang didalamnya itu terdapat matahari, bulan, bintang, dan sebagainya. Demikian pula alam yang berbentuk bumi ini dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya baik yang berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda padat, juga perihal adanya hubungan yang erat dengan perimbangan yang pelik yang merapikan susunan diantara alam-alam yang beraneka ragam itu serta yang menguatkan keadaannya masing-masing itu, semuanya tidak lain kecuali merupakan tanda dan bukti perihal wujudnya Allah. Selain menunjukkan adanya Dzat itu juga membuktikan keesaanNya dan hanya Dia sajalah yang Maha Kuasa untuk menciptakannya.
Kiranya tidak terlukis sama sekali dalam akal fikiran siapapun bahwa benda-benda tersebut terjadi tanpa ada yang mengadakan atau menjadikan, sebagaimana juga halnya tidak mungkin terlukiskan bahwa sesuatu buatan itu tidak ada yang membuatnya. Oleh sebab itu, manakala sudah tetap bahwa penciptaan alam semesta ini memang karena adanya kesengajaan, maka tetap pula lah perihal adanya Tuhan (Allah) sebagai Dzat Maha Pengatur yang bijaksana, Maha Mulia dan Tinggi yakni dari jalan yang sama-sama dapat dirasakan.
Dengan demikian tidak ada jalan lain untuk membantah atau mengingkarinya dan ini tepat sekali dengan apa yang difirmankan oleh Allah SWT:
Apakah dalam Dzat Allah masih ada keragu-raguan, yaitu Tuhan Maha Pencipta langit dan bumi?” (S. Ibrahim:10).
Allah Ta’ala telah berfirman dalam kitab-Nya yg Agung:
Sesungguhnya Rabb kalian semua adalah Allah yg telah menciptakan langit & bumi dalam masa enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy. Dia menutupkan malam pd siang yg mengikutinya dgn cepat, & diciptakannya pula matahari, bulan & bintang-bintang (masing-masing) tunduk pd perintah-Nya, Ingatlah menciptakan & memerintah itu hanyalah hak Allah, Maha suci Allah Rabb semesta alam .” (Al Qur’an Surat: Al A`raaf:;54)
2.4.2            Fitrah Sebagai Bukti Adanya Allah
Alam semesta atau jagad raya dengan segala sesuatu yang ada didalamnya yang nampak sangat teratur kokoh, indah, sempurna, rapi dan seluruhnya sebagai ciptaan baru, bukannya itu saja yang dapat digunakan sebagai saksi tentang adanya Tuhan (Allah) yang maha mendirikan langit dan bumi ini, tetapi masih ada saksi lain lagi yang dapat digunakan untuk itu dan bahkan dapat lebih meresapkan. Saksi yang lainnya itu adalah berupa perasaan-perasaan yang tertanam dalam jiwa setiap insan yang merasakan akan adanya Allah SWT. Perasaan ini adalah sebagai pembawaan sejak manusia itu dilahirkan dan oleh sebab itu dapat disebut sebagai perasaan fitrah. Fitrah adalah keaselian yang diatasnya itulah Allah menciptakan makhluk manusia itu. Ini dapat pula diibaratkan dengan kata lain sebagai gharizah diniah atau pembawaan keagamaan.
Ghazirah dianiah adalah satu-satunya hal yang merupakan batas pemisah antara makhluk Tuhan yang disebut manusia dan yang disebut binatang, sebeb binatang pasti tidak memikirkannya. Ghazirah keagamaan ini adakalanya tertutup atau hilang, sebagian atau seluruhnya, dengan adanya sebab yang mendatang, sehingga manusia yang sedang dihinggapi penyakit ini lalu tidak mengerti sama sekali tentang kewajiban dirinya terhadap Tuhan. Ia tidak terjaga dari kenyenyakan tidurnya dan tidak dapat dibangunkan dari kelalaiannya itu, kecuali apabila ada penggerak yang menyebabkan ia jaga dan bangun. Setelah kebangunannya ini barulah ia akan meneliti penyakit apa yang sedang dideritanya itu atau bahaya apa yang sedang meliputi tubuhnya dan mengancam keselamatannya.
Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirnan :
“Dan jikalau manusia itu ditimpa bahaya, maka ia pun berdoalah kepada Kami (Allah) diwaktu berbaring, diwaktu duduk atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, iapun berjalanlah seolah-olah tidak pernah berdoa kepada Kami atas bahaya yang telah menghinggapinya itu”. (S. Yunus.12).
                                                                                    
2.4.3           Bukti Kejadian Dan Pengalaman
Setiap manusia tentu pernah berdoa kepada Tuhannya, kemudian dikabulkanlah apa yang menjadi permintaannya. Pernah pula memanggilNya dan iapun dijawab apa yang diinginkan serta dikehendakinya. Ia pernah pula memintaNya dan apa yang diminta itupun diberikan. Tidak sedikit orang yang sakit dan memohon kesembuhan kepadaNya disamping berusaha dengan berobat yang dilakukan dan kemudian ia berhasil sembuh.
Pengalaman-pengalaman manusia dalam kehidupannya di dunia ini sebenarnya sudah membimbing dirinya sendiri untuk dapat sampai kepada penemuan akan Allah SWT secara kesadaran dan bukan karena adanya paksaan, sebab pengalaman-pengalaman itu memang dapat membuka segala macam hakikat yang ia sendiri pasti tidak merasakan dengan panca inderanya.
“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (Al Anbiya: 76)
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu.” (Al Anfaal: 9)

Anas bin Malik Ra berkata, “Pernah ada seorang badui datang pada hari Jum’at. Pada waktu itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah berkhotbah. Lelaki itu berkata’ “Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengatasi kesulitan kami.” Rasulullah lalu mengangkat kedua tanganya dan berdoa. Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada Jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan berkata, “Hai Rasul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.” Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya, seraya berdoa: “Ya Robbku, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami.” Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan).” (HR. Al Bukhari)
2.4.4           Bukti-Bukti Dari Naqal (Keterangan Agama)
Diantara bukti-buktinya yang dapat kita saksikan tentang wujudnya Allah ialah bahwa para nabi dan rasul yang terpilih dari sekian banyak hamba-hambaNya, mereka itu semua adalah manusia yang amat pilihan sekali,seluruhnya itu sejak zaman nabiullah Adam a.s sampai ke zaman Rasulullah SAW mempunyai satu garis penyiaran yang benar-benar sama dan sejalan, yaitu memberitahukan dengan pasti kepada seluruh umat manusia bahwa alam semesta ini ada Tuhan (Allah) yang Maha Bijaksana. Oleh segenap nabi dan rasul itu hanya satu itulah pokok penyiaran yang disampaikannya yang merupakan hal yang penting sekali.
Allah SWT memberikan pengokohan kepada para nabi dan rasulNya itu untuk mengalahkan segenap musuh dan lawannya, kemudian menjadikan kalimat Tuhan sebagai mercusuar yang tertinggi dan kekufuran dibenamkan sampai kebawah sekali.
Sabda Nabi dan Rasul adalah benar dalam ucapannya terhadap Allah SWT, berikhlas hati untukNya, penganjur untuk mengajak menuju jalanNya yang benar, membela keagungan agamaNya dan memperoleh pengokohan yang berupa kemukjizatan dari padaNya.
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.: Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (Asy Syu’araa: 63)
Selanjutnya mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan orang-orang yang sudah mati; lalu mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah. Allah swt berfirman:
“…dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah.” (Ali Imran: 49)
2.4.5          Dalil Naqli
Sekalipun secara fitrah manusia bisa mengakui adanya Allah, dan dengan akal pikiran bisa membuktikannya, namun manusia tetap memerlukan dalil naqli (al-Quran dan Sunnah) untuk membimbing manusia untuk mengenal Tuhan yang sebenarnya (Allah) dengan segala asma dan sifatNya. Sebab fithrah dan akal tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya itu (Allah).
a.       Allah SWT adalah Al-awwal artinya tidak ada permulaan bagi wujudNya. Dia juga Al-Akhir akhirnya tidak ada akhir dari wujudNya.
“Dialah yng awal dan yang akhir, yang zhahir dan yang bathin, dan Dia Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Hadid 57:3).
b.      Tidak ada satu pun yang menyerupaiNya.
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (As-Syura 42:11).
c.       Allah SWT Maha Esa
“Katakanlah : ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa…” (Al-Ikhlas 112:1).
d.      Allah SWT memiliki Al-Asma’ was Shiffaat (nama-nama dan sifat-sifat) yang disebutkanNya untuk diriNya di dalam Al-Quran serta semua nama dan sifat yang dituturkan untukNya oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya, seperti Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim, Al’Aliim, Al-Aziz, As-Sami, Al-Bashiir dan lain-lain.
Firman Allah :
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka perbuat.” (Al-A’raf 7:18).

2.4.6            Pengokoh Ketuhanan
Bukti-bukti adanya Tuhan diantaranya lagi adalah bahwa umat yang beriman kepada Tuhan (Allah) dengan keimanan yang sebenar-benarnya, mereka itulah ummat yang tertinggi dari yang lainnya perihal ilmu pengetahuan dan lebih banyak pula peradaban dan tata kesopanannya.Selain itu juga pasti lebih suci jiwanya, lebih bersih hatinya, lebih banyak pengorbanannya dan lebih suka mengalahkan diri sendiri dan paling banyak memberikan kemanfaatan kepada sesama manusia.
Kaum mukmin sengaja diberi oleh Allah SWT suatu pertolongan yang berupa kekuatan yang dapat digunakan untuk membetulkan peri kemanusiaannya, agar dengan demikian dapatlah dicapai setinggi-tinggi kesempurnaan hidup yang dapat diperoleh manusia sebagai makhluk Allah. Jadi, adanya perubahan dalam jiwa kaum mukmin, sifat-sifat, akhlak atau budi pekerti serta kecondongan-kecondongan itu adalah merupakan bukti yang seterang-terangnya tentang adanya kekuatan rohaniah yang amat rahasia dan tersembunyi yang bekerja secara diam-diam dibalik tubuh yang kasar ini. Kesan-kesan demikian ini nampak jelas dalam apa yang ditempuh oleh kaum mukmin dalam perjalanan hidupnya dan dengan ikatan-ikatan yang penuh rahasia itu pula akan dicapainya kedudukan yang setinggi-tingginya.









BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil makalah dapat disimpulkan bahwa tuhan itu Allah yang Maha Esa. Tuhan hanya satu,tidak beranak dan tidak pula diperanakkan .dalam setiap agama memiliki aturan-aturan dan penyebutan dama tersendiri.
Sebenarnya masalah tentang keberadaan Allah SWT sudahlah nyata, bahkan suatu hakikat yang tidak perlu diragukan lagi persoalannya. Tidak ada jalan untuk mengingkarinya. Persoalan tentang keberadaan Allah SWT adalah terang benderang bagaikan cahaya fajar diwaktu pagi yang cerah.
Semua yang ada dilingkungan alam semesta ini pun dapat digunakan sebagai bukti tentang adanya Tuhan (Allah SWT), bahkan benda-benda yang terdapat disekitar alam semesta dan unsur-unsurnya dapat pula mengokohkan atau membuktikan bahwa benda-benda itu pasti ada pencipta dan pengaturnya.
3.2Saran
3.2.1             Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa.
3.2.2             Kita harus meningatkan iman kepada Allah .
3.2.3       Kita harus saling menghormati kebebasan dalam  menjalankan  ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing kepada orang lain









3.3 CONTOH  DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
3.3.1 Suatu negara itu dipimpin oleh satu kepala negara saja. Sama seperti Allah yang memimpin kita dan alam ini juga hanya satutidak ada yang lainnya
3.3.2  Di STKIP PGRI JOMBANG ada beberapa mahasiswa yang memeluk agama berbeda .setiap mahasiswa memiliki sikap saling menghargai dalam perbedaan agama tersebut .
3.3.3 sekarang itu banyak organisasi yang mengutamakan islam . seperti organisasi UKKI ,dengan mengikuti organisasi tersebut kita bisa mempertebal iman kita kepada Allah.
























CATATAN KAKI

































DAFTAR PUSTAKA


muhammad,Asy-Syaikh,2010.Tijan Addarari(ilmu tauhid),Surabaya;mutiara ilma
Al fudloli,asy-shekh muhammad2001. Ilmu tauhid,Surabaya; al hidayah




Tidak ada komentar:

Posting Komentar