Homosapien zaman logam
museum zaman batu (paleolitikum)
Selamat dating di BLOG saya semoga ini bisa bermanfaat untuk
anda…………………..(zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien)
(zaman
batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman
batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman
batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman
batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman
batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman
logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum,
homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien)
A.
ZAMAN BATU
1. BATU TUA
(PALEOLITIKUM)
HASIL
KEBUDAYAAN
• Kapak Genggam, banyak ditemukan di
daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut “Chopper” (alat penetak/pemotong)
• Alat-alat dari tulang binatang
atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak bergerigi
2.
ZAMAN BATU TENGAH (Mesolithikum)
HASIL
BUDAYA
• Alat-alat pada zaman ini hampir sama dengan
zaman Palaeolithikum.
• Ditemukannya bukit-bukit kerang dipinggir pantai yang disebut “kjoken modinger” (sampah dapur) Kjoken =dapur, moding = sampah)
• Alat-alat zaman Mesolithikum :
• Kapak genggam (peble)
• Kapak pendek (hache Courte)
• Ditemukannya bukit-bukit kerang dipinggir pantai yang disebut “kjoken modinger” (sampah dapur) Kjoken =dapur, moding = sampah)
• Alat-alat zaman Mesolithikum :
• Kapak genggam (peble)
• Kapak pendek (hache Courte)
• Pipisan (batu-batu penggiling)
• Kapak-kapak tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah
• Alat-alat di atas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores
Alat pada jaman Batu Tengah
3.
ZAMAN BATU MUDA
Pada zaman ini alat-alat terbuat
dari batu yang sudah dihaluskan.
Contoh alat tersebut :
• Kapak Persegi, misalnya : Beliung, Pacul dan Torah untuk mengerjakan kayu. Ditemukan di Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan
Contoh alat tersebut :
• Kapak Persegi, misalnya : Beliung, Pacul dan Torah untuk mengerjakan kayu. Ditemukan di Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan
•
Kapak Bahu, sama seperti kapak persegi ,hanya di bagian yang diikatkan pada
tangkainya diberi leher. Hanya di temukan di Minahasa
• Kapak Lonjong, banyak ditemukan di Irian, Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan Serawak
• Perhiasan ( gelang dan kalung dari batu indah), ditemukan di jAwa
• Pakaian (dari kulit kayu)
• Tembikar (periuk belanga), ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Melolo(Sumba)
• Manusia pendukung Kebudayaan Neolithikum adalah bangsa Austronesia (Austria) dan Austro-Asia (Khmer –Indochina)
B.
ZAMAN LOGAM
Peralatan logam yang digunakan oleh manusia Zaman Logam.
Hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia adalah :
• Kapak Corong (Kapak Perunggu), banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Balio, Sulawesi dan Kepulauan Selayar dan Irian.Kegunaannya sebagi alat perkakas.
•
Nekara perunggu(Moko), bebrbentuk seperti dandang. Banyak ditemukan di daerah :
Sumatera, Jawa Bali, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar dan Kep. Kei. Kegunaan untuk
acara keagamaan dan maskawin.
•
Bejana Perunggu, bentuknya mirip gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai. Hanya
ditemukan di Madura dan Sumatera
•
Arca-arca Perunggu, banyak ditemukan di Bangkinang(Riau), Lumajang (Jatim) dan
Bogor (Jabar)
C.
MUSEUM
1.
MUSEUM
BELANDA
Sebagian besar spesies serangga yang
ditemukan di Indonesia berada di museum luar negeri. Hal itu dikatakan Rosichon
Ubaidillah, taksonom serangga, yang dikukuhkan sebagai professor riset zoologi
LIPI, Rabu (21/12/2011).
Jumlah spesies serangga di Indonesia diperkirakan antara 30.000 - 40.000 spesies. Adapun, jumlah spesimen mencapai 2 juta.
"Spesimen spesies yang diberi nama dan ditemukan di Indonesia itu 60 persen ada di luar negeri. Sebagian besar ada di Belanda," kata Rosichon.
Spesimen yang disimpan di luar negeri menyulitkan penelitian, karena terkait dengan izin penggunaan spesimen untuk penelitian dan juga kendala biaya. Padahal, riset taksonomi serangga sebenarnya memiliki prospek bagus dalam bidang pertanian. Banyaknya spesimen serangga yang disimpan di luar negeri, kata Rosichon disebabkan oleh beberapa faktor.
"Pertama, kita enggak punya fasilitas penyimpanan yang cukup. Insentif yang diberikan pada penyimpan juga kecil sekali. Lalu soal peralatan," katanya.
Selain itu, menurut Rosichon, kondisi yang mendukung kegiatan penelitian juga minim. Saat ini, penelitian biasanya dilakukan bersama dengan peneliti luar negeri, salah satunya karena alasan keterbatasan dana.
"Konsekuensinya, kalau kita misalnya kita temukan 5, 2 spesimen harus disimpan di luar negeri. Lalu yang terpenting adalah sharing informasi. Padahal, ini yang paling utama dalam pengetahuan dan pengembangan yang kita lakukan," papar Rosichon.
Menurut dia, pemerintah saat ini harus mulai memperhatikan riset dasar seperti taksonomi dan fasilitas penyimpanan spesimen. Ia menjelaskan, taksonomi adalah riset yang harus dilakukan sebelum pemanfaatan keanekaragaman hayati dimulai.
Jumlah spesies serangga di Indonesia diperkirakan antara 30.000 - 40.000 spesies. Adapun, jumlah spesimen mencapai 2 juta.
"Spesimen spesies yang diberi nama dan ditemukan di Indonesia itu 60 persen ada di luar negeri. Sebagian besar ada di Belanda," kata Rosichon.
Spesimen yang disimpan di luar negeri menyulitkan penelitian, karena terkait dengan izin penggunaan spesimen untuk penelitian dan juga kendala biaya. Padahal, riset taksonomi serangga sebenarnya memiliki prospek bagus dalam bidang pertanian. Banyaknya spesimen serangga yang disimpan di luar negeri, kata Rosichon disebabkan oleh beberapa faktor.
"Pertama, kita enggak punya fasilitas penyimpanan yang cukup. Insentif yang diberikan pada penyimpan juga kecil sekali. Lalu soal peralatan," katanya.
Selain itu, menurut Rosichon, kondisi yang mendukung kegiatan penelitian juga minim. Saat ini, penelitian biasanya dilakukan bersama dengan peneliti luar negeri, salah satunya karena alasan keterbatasan dana.
"Konsekuensinya, kalau kita misalnya kita temukan 5, 2 spesimen harus disimpan di luar negeri. Lalu yang terpenting adalah sharing informasi. Padahal, ini yang paling utama dalam pengetahuan dan pengembangan yang kita lakukan," papar Rosichon.
Menurut dia, pemerintah saat ini harus mulai memperhatikan riset dasar seperti taksonomi dan fasilitas penyimpanan spesimen. Ia menjelaskan, taksonomi adalah riset yang harus dilakukan sebelum pemanfaatan keanekaragaman hayati dimulai.
2.
MUSIUM
KERETA API AMBARAWA
Museum ini dulunya adalah sebuah
stasiun kereta api Belanda yang bernama Stasiun KA Ambarawa. Setelah
kemerdekaan, stasiun ini diubah menjadi museum yang mnyimpan berbagai benda
dari stasiun itu. Museum ini menyimpan 21 koleksi Kereta uap, kita bahkan bisa
menaiki 2 dari kereta uap itu dari Stasiun Ambarawa ke Stasiun Bedono. 2 kereta
tersebut, B2502 dan B2503, adalah 2 dari 3 kereta api bergerigi di dunia yang
masih beroperasi.
3.
MUSIUN
POLRI
Museum ini tentunya menjelaskan
berbagai sejarah, kegiatan, dan peralatan yang dipakai oleh POLRI. Di museum
ini, ada juga kids corner untuk bermain detektif dan alat pendeteksi
kebohongan.
D.
CIRI RAS HOMO SAPIENS YANG SEKRANG MASIH HIDUP
1. AUSTROMELANOSOID
Ras Australoid adalah nama ras manusia yang mendiami bagian
selatan India, Sri Lanka, beberapa kelompok di Asia Tenggara, Papua, kepulauan
Melanesia dan Australia.
Untuk kelompok di Asia Tenggara, orang Asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk ras ini.
Ciri khas utama ras ini ialah bahwa mereka berambut keriting hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras ini di Australia berambut pirang dan rambutnya tidaklah keriting melainkan lurus. Selain itu beberapa orang Asli di Malaysia kulitnya juga tidak selalu hitam dan bahkan menjurus putih.
Untuk kelompok di Asia Tenggara, orang Asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk ras ini.
Ciri khas utama ras ini ialah bahwa mereka berambut keriting hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras ini di Australia berambut pirang dan rambutnya tidaklah keriting melainkan lurus. Selain itu beberapa orang Asli di Malaysia kulitnya juga tidak selalu hitam dan bahkan menjurus putih.
2.
MONGOLOID
Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian besar
menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai
timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara,
Amerika Selatan, dan Oseania.
Anggota ras Mongoloid biasa disebut "berkulit kuning", namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap.
Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.
Anggota ras Mongoloid biasa disebut "berkulit kuning", namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap.
Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.
3.
Kaukasoid
Ras Kaukasoid adalah ras manusia yang sebagian besar
menetap di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan dan India Utara.
Keturunan mereka juga menetap di Australia, Amerika Utara, sebagian dari
Amerika Selatan, Afrika Selatan dan Selandia Baru.
Anggota ras Kaukasoid biasa disebut "berkulit putih", namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.
Ras Khoisan adalah ras manusia yang mendiami daerah barat daya Afrika, terutama di Namibia, Botswana dan Afrika Selatan. Meski jumlah anggota ras ini tinggal beberapa ratus ribu, ras ini adalah ras yang sangat menarik sebab dianggap ras tertua atau cabang pertama yang berpisah dari ras utama manusia lainnya.
Anggota ras Kaukasoid biasa disebut "berkulit putih", namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.
Ras Khoisan adalah ras manusia yang mendiami daerah barat daya Afrika, terutama di Namibia, Botswana dan Afrika Selatan. Meski jumlah anggota ras ini tinggal beberapa ratus ribu, ras ini adalah ras yang sangat menarik sebab dianggap ras tertua atau cabang pertama yang berpisah dari ras utama manusia lainnya.
4.
Khoisanoid
Ras
Khoisan adalah ras manusia yang mendiami daerah barat daya Afrika, terutama di
Namibia, Botswana dan Afrika Selatan. Meski jumlah anggota ras ini tinggal
beberapa ratus ribu, ras ini adalah ras yang sangat menarik sebab dianggap ras tertua
atau cabang pertama yang berpisah dari ras utama manusia lainnya
5. NEGROID
Ras
Negroid adalah
istilah yang pernah dipakai dulu untuk menunjuk fenotipe umum dari sebagian besar penghuni
benua Afrika di sebelah selatan gurun Sahara. Keturunan mereka banyak mendiami Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa dan Timur
Tengah.
Pakar
genetika asal Italia, Luigi
Luca Cavalli-Sforza
telah membuktikan bahwa pembagian manusia dalam ras adalah suatu usaha yang
sia-sia. Dengan demikian, dari segi biologi, istilah seperti ras Negroid pada ras manusia tidak dianggap lagi. Fenotipe seseorang ditentukan oleh hanya
sejumlah kecil gen. Secara biologis, hanya ada satu ras manusia, yaitu Homo
sapiens sapiens.
Dari
segi fenotipe, ciri khas utama anggota ras Negroid
adalah kulit yang berwarna hitam dan rambut keriting. Meskipun anggota ras Khoisan dan ras Australoid juga berfenotipe kulit hitam dan
rambut keriting, mereka tidak dianggap termasuk ras Negroid.
………………………………………………………………………………………..Maminakromanurlailiwakhidiyah (manlw)
(zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien) (zaman batu.paleolitikum.,zaman logam, museum, homosapien)