BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kalimat
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai
struktur minimal subjek (S), predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian
ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kaimat dalam bahasa tulis
dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan
struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan kalimat bukanlah semata-mata
gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk.
Pernyataan sebuah kalimat
bukanlah sebatas rangkaian kata dalam frasa dan klausa. Rangkaian kata dalam
kalimat itu ditata dalam struktur gramatikal yang benar unsur-unsurnya dalam
membentuk makna yang akan disampaikan secara logis. Kalimat dalam penulisan
ilmiah harus lebih cermat lagi menata kaimat yang benar dan efektif karena
kalimat yang tertata itu berada dalam laras bahasa ilmiah.
2.2
Unsur Kalimat
Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang kurangnya
terdiri atas dua unsur yakni subjek (S), predikat (P). Unsur yang lain (objek
(O), pelengkap (Pel), keterangan (Ket) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir
atau tidak wajib hadir.
a.
Subjek
(S)
Subjek adalah bagian
kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, benda, sesuatu hal, atau suatu masalah
yang menjadi pangkal atau pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis
kata atau frasa benda dan frasa verbal. Posisi subjek dalam kalimat bebas,
yaitu terdapat pada awal,tengah, atau akhir kalimat.
Contoh:
1.
Meja direktur besar. (menggunakan frasa
benda)
2.
Berjalan kaki menyehatkan badan.
(menggunakan frasa verbal)
b.
Predikat
(P)
Predikat adalah bagian
kalimat yang memberi tahu melakukan apa atau dalam keadaan bagaimana subjek
(S). posisi predikat dalam kalimat juga bebas, kecuali tidak boleh di belakang
objek dan di belakang pelengkap.
Contoh:
1.
Ibu
sedang tidur siang.
2.
Safa
mahasiswa baru.
c.
Objek
(O)
Objek adalah
bagian kalimat yang melegkapi predikat (P). Objek dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Objek hanya
terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh : Mahasiswa itu mengemukakan masalahnya.
Masalahnya dikemukakan oleh mahasiswa itu.
d.
Pelengkap
(Pel)
Pelengkap adalah fungsi yang melengkapi
fungsi kata kerja berawalan (ber-) dalam predikat, sehingga predikat kalimat
menjadi lebih lengkap. Pelengkap tidak dapat menjadi subjek
sebab tidak dapat
dipasifkan. Posisi pelengkap dalam kalimat terletak
di belakang predikat berawalan (ber-).
Contoh: Mereka belajar matematika dengan sungguh-sungguh.
Andi bermain sepak bola dengan
temannya
|
e.
Keterangan
(Ket)
Keterangan adalah bagian kalimat yang
menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Posisi keterangan dapat
berpindah-pindah
di depan, tengah, atau akhir kalimat.
2.3
Pola Dasar Kalimat
Kalimat dasar bukan nama jenis kalimat, Kalimat
dasar merupakan acuan atau patokkan untuk membuat berbagai tipe kalimat.
Kalimat dasar terbagi atas beberapa struktur kalimat yang di bentuk dengan lima
unsur kalimat, yaitu S, P, O, Pelengkap (Pel ), dan Keterangan ( Ket ).
Struktur kalimat minimal S-P, sedangkan O, Pel, dan Ket merupakan tambahan
untuk memperjelas arti suatu kalimat. Maka pola kalimat dasar paling sederhana
adalah bertipe S-P, dan yang paling kompleks adalah bertipe S-P-O-Ket.
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam
tipe kalimat yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia.
Keenam tipe tersebut seperti dalam tabel berikut ini.
Fungsi
Tipe
|
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Pel
|
Ket
|
S-P
|
Saya
|
Mahasiswa
|
-
|
-
|
-
|
S-P-O
|
Rani
|
Mendapat
|
Hadiah
|
-
|
-
|
S-P-Pel
|
Pancasila
|
Merupakan
|
-
|
Dasar Negara Kita
|
-
|
S-P-Ket
|
Roni
|
Tinggal
|
-
|
-
|
Di Jakarta
|
S-P-O-Pel
|
Dian
|
Mengambilkan
|
Adiknya
|
Air Minum
|
-
|
S-P-O-Ket
|
Pak Raden
|
Menyimpan
|
Uang
|
-
|
Di Bank
|
( Dikutip dari buku komposisi bahasa Indonesia. )
Pada kolom S-P semuanya terisi karena wajib,
sedangkan yang O-Pel-Ket tidak wajib dan tergantung pada P. dengan adanya pola
kalimat dasar tersebut semua kalimat bahasa Indonesia apa pun jenisnya dan
bagaimanapun panjangnya dapat di padatkan sehingga unsur intinya dapat di
masukkan ke dalam enam tipe di atas. Keenam tipe di atas merupakan kalimat
tunggal, yaitu kalimat yang hanya memiliki satu unsur S dan P.
2.4 Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan penutur atau penulis secara tepat sehingga dapat dipahami
oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah
ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.
Untuk dapat mencapai keefektifan tersebut di atas,
kalimat efektif harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya
(1) kesatuan,
(2) kepaduan,
(3) keparalelan,
(4) ketepan,
(5) kehematan, dan
(6) kelogisan.
2.5 Syarat Kalimat Efektif
1. Kesatuan
Yang
dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah
kalimat. Dengan satu ide kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih
dari satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan kesatuan yang satu dan yang
lainnya asalkan ide atau gagasan kalimatnya tunggal. Penutur tidak boleh
menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali ke dalam
sebuah kalimat.
Ø Contoh
kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:
Berdasarkan
agenda sekretaris manajer personalia
akan memberi pengarahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi
pengarahan).
Ø Contoh kalimat yang jelas kesatuan gagasannya:
Berdasarkan agenda sekretaris, manajer personalia
akan memberi pengarahan kepada pegawai baru.
2. Kepaduan
(Koherensi)
Yang
dimaksud dengan koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur
pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata,frasa, klausa,
serta tanda baca yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat.
Ø Contoh kalimat yang unsurnya tidak kohoren:
Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur kalimat tidak
benar atau rancu).
Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para
petani.(unsur S-P-O tidak berkaitan).
Ø Contoh kalimat yang unsur-unsurnya kohoren:
Rumah saya baru saja diperbaiki.
Para petani mendapat ketrerangan tentang kelangkaan
pupuk.
3. Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur
yang sama derajatnya, Sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai dalam
kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian. Jika unsur pertama menggunakam verbal,
unsur kedua dan seterusnya juga harus verbal. Jika unsur pertama berbentuk
nomina, bentuk berikutnya juga nomina.
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam kesejajaran rincian kalimat efektif adalah
sebagai berikut:
1.
Tentukanlah apakah kesejajaran berada
dalam bentuk kalimat atau paragraf.
2.
Jika urutan rincian dalam bentuk frasa,
rincian urutan berikut harus dalam bentuk frasa juga.
3.
Penomoran dalam rincian harus konsisten
(tetap).
4.
Perhatikan penempatan tanda baca yang
benar.
5.
Hindari gejala ekonomi bahasa yang
bermakna sama.
Ø Contoh kesejajaran yang salah:
a) Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku,
membuat katalog dan buku-buku diberi label.
b) Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha?
Ø Contoh kesejajaran yang benar:
a) Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku,
pembuatan katalog, dan pelabelan buku.
b) Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha?
4. Penekanan
Yang
dimaksud dengan penekanan ialah terjadinya suatu perlakuan khusus dari kata
tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara
keseluruhan. Penekanan dalam kalimat tulis dapat dilakukan dengan cara-cara
berikut:
1)
Mutasi, yaitu mengubah posisi kalimat
dengan menempatkan bagian yang terpenting pada awal kalimat.
2)
Repetisi, yaitu mengulang kata yang sama
dalam kalimat yang bukan berupa sinonim kata.
3)
Kuarsif, yaitu menulis miring,
menghitamkan, atau menggaris bawahi kata yang dipentingkan.
4)
Pertentangan, yaitu menempatkan kata
yang bertentangan dalam kalimat. Pertentangan bukan berarti antonym kata.
5)
Partikel, yaitu menempatkan partikel
(lah, kah, pun, per, tah) sebelum atau sesudah kata yang dipentingkan dalam
kalimat.
6)
Penekanan dalam kalimat tidak berarti
penonjolan gagasan kalimat atau bukan ekonomi bahasa.
Ø Contoh penekanan dengan menempatkan kata yang
ditonjolkan pada awal kalimat:
·
Pada bulan Desember kita ujian akhir semester. (bukan bulan
November).
·
Kita akan
ujian akhir semester pada bulan Desember . (bukan mereka).
·
Ujian akhir
semester kita tempuh pada bulan Desember. (bukan ujian tengah semester).
Ø Contoh penekanan pada pengulangan kata:
·
Saya senang
melihat panorama alam yang indah; saya senang melihat lukisan yang indah; dan
saya juga senang melihat hasil seni ukir yang indah.
·
Saudara-saudara,
kita tidak suka dibohongi; kita tidak suka ditipu; kita tidak suka dibodohi.
Ø Contoh penekanan dengan pengontrasan kata kunci :
·
Penduduk desa
itu tidak menghendaki bantuan yang bersifat sementara, tetapi bantuan yang
bersifat permanen.
Ø Contoh penekanan dengan menggunakan partrikel
penegas :
·
Hendak pulang
pun hari sudah gelap.
·
Andalah yang
bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.
5. Kehematan
Kehematan adalah penulisan kalimat yang langsung
menyampaikan gagasan atau pesan kalimat secara jelas, lugas, dan logis. Kalimat
yang hemat dalam penulisan menghindari dan memperhatikan hal-hal berikut:
1) Penulis
menggunakan kata bermakna leksikal yang jelas dan lugas serta penempatan
afiksasi yang benar.
2) Penulis
menghindari subjek yang sama dalam kalimat majemuk
3) Penulis
menghindari pemakaian hiponimi dan sinonimi yang tak perlu.
4) Penulis
menghindari penggunaan kata depan (preposisi) didepan kalimat dan didepan
subjek.
5) Penulis
menghindari penggunaan kata penguhubung (konjungsi) di depan subjek dan di
belakang predikat yang berkata kerja transitif.
6) Penulis
menghindari kata ulang jiak sudah ada kata bilangan tak tentu di depan kata
benda.
7) Penulis
menghindari fungi tanda baca dan pengulangan kata dalam rincian.
8) Penulis
menghindari keterangan yang berbelit-belit dan panjang yang seharusnya
ditempatkan dalam catatan kaki (footnotes).
9) Penulis
menghindari pemborosnakata dan afiksasi yang tidak jelas fungsinya.
Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
·
Saya
melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa mahasiswa itu belajar seharian
dari pagi sampai petang.
·
Dalam
pertemuan yang mana hadir di sana Wakil Gubernur DKI dilakukan suatu
perundingan yang membicarakan tentang perparkiran.
Ø Contoh kalimat yang hemat kata :
·
Saya melihat
sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
·
Dalam
pertemuan yang dihadiri Wakil Gubernur DKI dilakukan perundingan tentang perparkiran.
·
Perundingan
tentang perparkiran dilakukan dalam pertemuan yang dihadiri Wakil Gubernur DKI.
- Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan adalah terdapatnya
arti kalimat yang logis atau masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut
adanya pola pikir yang sistematis (runtut atau teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang
sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata atau
frasanya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika berbahasa.
Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut ini.
o
Karena lama
tinggal di asrama putra anaknya semua laki-laki. (apa hubungannya tinggal di
asrama putra dengan mempunyai anak lelaki).
o
Tumpukan yang
itu terdiri atas pecahan ribuan, ratusan, sepuluh ribuan, lima puluh ribuan,
dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam merinci, sehingga lemah dari segi logika).
o
Kepada Bapak
(Dekan) waktu dan tempat kami persilakan. (waktu dan tempat tidak perlu
dipersilakan).
o
Dengan
mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada waktunya.
(berarti "modal" untuk menyelesaikan makalah cukuplah ucapan syukur
kepada Tuhan).
2.6 Study Kasus
Kasus
bebas parkir
Kebanyakan
orang menganggap kalau bebas parkir maksudnya parkir bebas atau tidak bayar.
Padahal bebas parkir merupakan rambu-rambu yang di tujukan untuk para
penggendara transportasi untuk tidak parkir di area tersebut atau area yang
bebas dari parkir seperti halnya area yang bertuliskan area bebas asap rokok
dan bebas narkoba yang melarang para perokok untuk tidak merokok di area
tersebut. Tujuan dari rambu-rambu tersebut untuk memberi kenyamanan kepada
pengguna jalan atau pejalan kaki, supaya pengguna jalan mempunyai area yang
bebas dari parkir sembarangan.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Kalimat
adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S), predikat (P)
dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.
2.
Unsur-unsur
yang membentuk kalimat ialah :
a.
Subjek (S)
b.
Predikat (P)
c.
Objek (O)
d.
Pelengkap (Pel)
e.
Keterangan (Ket)
3. Pola
dasar kalimat ada enam tipe ialah :
1. S – P
2. S – P
– O
3. S – P
– Pel
4. S – P
– Ket
5. S – P
– O – Pel
6. S – P
– O – Ket
4.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili
pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar atau pembaca
dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa
yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
5.
Syarat-sayarat kalimat efektif yaitu:
a.
Kesatuan.
b.
Kepaduan (koherensi).
c.
Keparalelan.
d.
Penekanan.
e.
Kehematan.
f.
Kelogisan / penalaran.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Finoza,
Lamuddin. 2004, “Komposisi Bahasa Indonesia (Untuk Mahasiswa Nonjurusan
Bahasa)”, Jakarta, Diksi Insan Mulia.
2.
Modul mata kuliah bahasa indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar