Selasa, 24 Mei 2016

bahasa indonesia kalimat dan kalimat efektif



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat
            Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S), predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kaimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk.
Pernyataan sebuah kalimat bukanlah sebatas rangkaian kata dalam frasa dan klausa. Rangkaian kata dalam kalimat itu ditata dalam struktur gramatikal yang benar unsur-unsurnya dalam membentuk makna yang akan disampaikan secara logis. Kalimat dalam penulisan ilmiah harus lebih cermat lagi menata kaimat yang benar dan efektif karena kalimat yang tertata itu berada dalam laras bahasa ilmiah.

2.2 Unsur Kalimat
     Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang kurangnya terdiri atas dua unsur yakni subjek (S), predikat (P). Unsur yang lain (objek (O), pelengkap (Pel), keterangan (Ket) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir atau tidak wajib hadir.
a.                   Subjek (S)
Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, benda, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal atau pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata atau frasa benda dan frasa verbal. Posisi subjek dalam kalimat bebas, yaitu terdapat pada awal,tengah, atau akhir kalimat.

Contoh:
1.      Meja direktur besar. (menggunakan frasa benda)
2.      Berjalan kaki menyehatkan badan. (menggunakan frasa verbal)
b.                  Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (S). posisi predikat dalam kalimat juga bebas, kecuali tidak boleh di belakang objek dan di belakang pelengkap.
Contoh:
1.      Ibu sedang tidur siang.
2.      Safa mahasiswa baru.
c.                   Objek (O)
Objek adalah bagian kalimat yang melegkapi predikat (P). Objek dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Objek hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh : Mahasiswa itu mengemukakan masalahnya.
   Masalahnya dikemukakan oleh mahasiswa itu.
d.                  Pelengkap (Pel)
Pelengkap adalah fungsi yang melengkapi fungsi kata kerja berawalan (ber-) dalam predikat, sehingga predikat kalimat menjadi lebih lengkap. Pelengkap tidak dapat menjadi subjek  sebab tidak dapat
dipasifkan. Posisi pelengkap dalam kalimat terletak di belakang predikat berawalan (ber-).
Contoh:  Mereka belajar matematika dengan sungguh-sungguh.
                           Andi bermain sepak bola dengan temannya

 
e.                   Keterangan (Ket)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Posisi  keterangan dapat  berpindah-pindah  di  depan, tengah, atau akhir kalimat.
2.3 Pola Dasar Kalimat
Kalimat dasar bukan nama jenis kalimat, Kalimat dasar merupakan acuan atau patokkan untuk membuat berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terbagi atas beberapa struktur kalimat yang di bentuk dengan lima unsur kalimat, yaitu S, P, O, Pelengkap (Pel ), dan Keterangan ( Ket ). Struktur kalimat minimal S-P, sedangkan O, Pel, dan Ket merupakan tambahan untuk memperjelas arti suatu kalimat. Maka pola kalimat dasar paling sederhana adalah bertipe S-P, dan yang paling kompleks adalah bertipe S-P-O-Ket.
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam tipe kalimat yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia. Keenam tipe tersebut seperti dalam tabel berikut ini.
Fungsi
Tipe
Subjek
Predikat
Objek
Pel
Ket
S-P
Saya
Mahasiswa
-
-
-
S-P-O
Rani
Mendapat
Hadiah
-
-
S-P-Pel
Pancasila
Merupakan
-
Dasar Negara Kita
-
S-P-Ket
Roni
Tinggal
-
-
Di Jakarta
S-P-O-Pel
Dian
Mengambilkan
Adiknya
Air Minum
-
S-P-O-Ket
Pak Raden
Menyimpan
Uang
-
Di Bank
( Dikutip dari buku komposisi bahasa Indonesia. )
Pada kolom S-P semuanya terisi karena wajib, sedangkan yang O-Pel-Ket tidak wajib dan tergantung pada P. dengan adanya pola kalimat dasar tersebut semua kalimat bahasa Indonesia apa pun jenisnya dan bagaimanapun panjangnya dapat di padatkan sehingga unsur intinya dapat di masukkan ke dalam enam tipe di atas. Keenam tipe di atas merupakan kalimat tunggal, yaitu kalimat yang hanya memiliki satu unsur S dan P.

2.4  Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur atau penulis secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Untuk dapat mencapai keefektifan tersebut di atas, kalimat efektif harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya
(1) kesatuan,
(2) kepaduan,
(3) keparalelan,
(4) ketepan,
(5) kehematan, dan
(6) kelogisan.

2.5  Syarat Kalimat Efektif
1.    Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Dengan satu ide kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan kesatuan yang satu dan yang lainnya asalkan ide atau gagasan kalimatnya tunggal. Penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali ke dalam sebuah kalimat.
Ø  Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:
Berdasarkan agenda sekretaris  manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi pengarahan).
Ø  Contoh kalimat yang jelas kesatuan gagasannya:
Berdasarkan agenda sekretaris, manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru.
2.    Kepaduan (Koherensi)
Yang dimaksud dengan koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata,frasa, klausa, serta tanda baca yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat.
Ø  Contoh kalimat yang unsurnya tidak kohoren:
Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur kalimat tidak
benar atau rancu).
Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani.(unsur S-P-O tidak berkaitan).
Ø  Contoh kalimat yang unsur-unsurnya kohoren:
Rumah saya baru saja diperbaiki.
Para petani mendapat ketrerangan tentang kelangkaan pupuk.

3.    Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, Sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian. Jika unsur pertama menggunakam verbal, unsur kedua dan seterusnya juga harus verbal. Jika unsur pertama berbentuk nomina, bentuk berikutnya juga nomina.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kesejajaran rincian kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1.      Tentukanlah apakah kesejajaran berada dalam bentuk kalimat atau paragraf.
2.      Jika urutan rincian dalam bentuk frasa, rincian urutan berikut harus dalam bentuk frasa juga.
3.      Penomoran dalam rincian harus konsisten (tetap).
4.      Perhatikan penempatan tanda baca yang benar.
5.      Hindari gejala ekonomi bahasa yang bermakna sama.
Ø  Contoh kesejajaran yang salah:
a)      Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat katalog dan buku-buku diberi label.
b)      Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha?
Ø  Contoh kesejajaran yang benar:
a)      Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog, dan pelabelan buku.
b)      Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha?
4.      Penekanan
Yang dimaksud dengan penekanan ialah terjadinya suatu perlakuan khusus dari kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Penekanan dalam kalimat tulis dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
1)      Mutasi, yaitu mengubah posisi kalimat dengan menempatkan bagian yang terpenting pada awal kalimat.
2)      Repetisi, yaitu mengulang kata yang sama dalam kalimat yang bukan berupa sinonim kata.
3)      Kuarsif, yaitu menulis miring, menghitamkan, atau menggaris bawahi kata yang dipentingkan.
4)      Pertentangan, yaitu menempatkan kata yang bertentangan dalam kalimat. Pertentangan bukan berarti antonym kata.
5)      Partikel, yaitu menempatkan partikel (lah, kah, pun, per, tah) sebelum atau sesudah kata yang dipentingkan dalam kalimat.
6)      Penekanan dalam kalimat tidak berarti penonjolan gagasan kalimat atau bukan ekonomi bahasa.
Ø  Contoh penekanan dengan menempatkan kata yang ditonjolkan pada awal kalimat:
·         Pada bulan Desember kita ujian akhir semester. (bukan bulan November).
·         Kita akan ujian akhir semester pada bulan Desember . (bukan mereka).
·         Ujian akhir semester kita tempuh pada bulan Desember. (bukan ujian tengah semester).
Ø  Contoh penekanan pada pengulangan kata:
·         Saya senang melihat panorama alam yang indah; saya senang melihat lukisan yang indah; dan saya juga senang melihat hasil seni ukir yang indah.
·         Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi; kita tidak suka ditipu; kita tidak suka dibodohi.
Ø  Contoh penekanan dengan pengontrasan kata kunci :
·         Penduduk desa itu tidak menghendaki bantuan yang bersifat sementara, tetapi bantuan yang bersifat permanen.
Ø  Contoh penekanan dengan menggunakan partrikel penegas :
·         Hendak pulang pun hari sudah gelap.
·         Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.
5.    Kehematan
Kehematan adalah penulisan kalimat yang langsung menyampaikan gagasan atau pesan kalimat secara jelas, lugas, dan logis. Kalimat yang hemat dalam penulisan menghindari dan memperhatikan hal-hal berikut:
1)      Penulis menggunakan kata bermakna leksikal yang jelas dan lugas serta penempatan afiksasi yang benar.
2)      Penulis menghindari subjek yang sama dalam kalimat majemuk
3)      Penulis menghindari pemakaian hiponimi dan sinonimi yang tak perlu.
4)      Penulis menghindari penggunaan kata depan (preposisi) didepan kalimat dan didepan subjek.
5)      Penulis menghindari penggunaan kata penguhubung (konjungsi) di depan subjek dan di belakang predikat yang berkata kerja transitif.
6)      Penulis menghindari kata ulang jiak sudah ada kata bilangan tak tentu di depan kata benda.
7)      Penulis menghindari fungi tanda baca dan pengulangan kata dalam rincian.
8)      Penulis menghindari keterangan yang berbelit-belit dan panjang yang seharusnya ditempatkan dalam catatan kaki (footnotes).
9)      Penulis menghindari pemborosnakata dan afiksasi yang tidak jelas fungsinya.
 Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
·         Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa mahasiswa itu belajar seharian dari pagi sampai petang.
·         Dalam pertemuan yang mana hadir di sana Wakil Gubernur DKI dilakukan suatu perundingan yang membicarakan tentang perparkiran.
Ø  Contoh kalimat yang hemat kata :
·         Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
·         Dalam pertemuan yang dihadiri Wakil Gubernur DKI dilakukan perundingan  tentang perparkiran.
·         Perundingan tentang perparkiran dilakukan dalam pertemuan yang dihadiri Wakil Gubernur DKI.
  1. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis atau masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis (runtut atau teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata atau frasanya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika berbahasa. Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut ini.
o   Karena lama tinggal di asrama putra anaknya semua laki-laki. (apa hubungannya tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak lelaki).
o   Tumpukan yang itu terdiri atas pecahan ribuan, ratusan, sepuluh ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam merinci, sehingga lemah dari segi logika).
o   Kepada Bapak (Dekan) waktu dan tempat kami persilakan. (waktu dan tempat tidak perlu dipersilakan).
o   Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada waktunya. (berarti "modal" untuk menyelesaikan makalah cukuplah ucapan syukur kepada Tuhan).

2.6  Study Kasus
Kasus bebas parkir
Kebanyakan orang menganggap kalau bebas parkir maksudnya parkir bebas atau tidak bayar. Padahal bebas parkir merupakan rambu-rambu yang di tujukan untuk para penggendara transportasi untuk tidak parkir di area tersebut atau area yang bebas dari parkir seperti halnya area yang bertuliskan area bebas asap rokok dan bebas narkoba yang melarang para perokok untuk tidak merokok di area tersebut. Tujuan dari rambu-rambu tersebut untuk memberi kenyamanan kepada pengguna jalan atau pejalan kaki, supaya pengguna jalan mempunyai area yang bebas dari parkir sembarangan.

BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.                                Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S), predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.
2.                                Unsur-unsur yang membentuk kalimat ialah :
a. Subjek (S)
b. Predikat (P)
c. Objek (O)
d. Pelengkap (Pel)
e. Keterangan (Ket)
3.      Pola dasar kalimat ada enam tipe ialah :
1.      S – P
2.      S – P – O
3.      S – P – Pel
4.      S – P – Ket
5.      S – P – O – Pel
6.      S – P – O – Ket 
4.                                                        Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

5.                                                        Syarat-sayarat kalimat efektif yaitu:
a.         Kesatuan.
b.         Kepaduan (koherensi).
c.         Keparalelan.
d.        Penekanan.
e.         Kehematan.
f.          Kelogisan / penalaran.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Finoza, Lamuddin. 2004, “Komposisi Bahasa Indonesia (Untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa)”, Jakarta, Diksi Insan Mulia.
2.      Modul mata kuliah bahasa indonesia.